Ilustrasi menanam modal atau investasi saham. /Pixabay/Tumisu |
Sedangkan obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah, lengkap dengan bunga dan informasi jatuh tempo pembayarannya. Surat ini adalah surat bukti perjanjian peminjaman dana, sekaligus besaran bunga yang harus dibayarkan oleh pihak penerima obligasi.
Meskipun perusahaan bisa mengeluarkan obligasi, namun biasanya obligasi lebih sering dikeluarkan oleh instansi pemerintahan. Secara singkat, pastinya sudah mulai terlihat perbedaannya.
Lantas, apa saja perbedaan dan persamaan saham dan obligasi?
Persamaan Saham dan Obligasi
Sebelum mengetahui apa saja perbedaan antara saham dan obligasi, ada baiknya jika Anda mengetahui dan memahami persamaan dua produk ini. Dalam dunia keuangan, ada 3 persamaan antara saham dan obligasi, yakni:
1. Bentuk Dokumen
Antara saham dan obligasi merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan, baik itu dari pemerintah (BUMN) maupun swasta. Bukti kepemilikan bisa dalam bentuk cetak maupun digital.
2. Memiliki Hak Tebus
Para pemilik saham maupun obligasi juga memiliki hak tebus, yaitu pilihan untuk menukar saham dan obligasi mereka dengan uang.
3. Memiliki Klaim Atas Laba dan Aktiva
Kedua instrumen investasi ini menjanjikan kepada pemiliknya pendapatan berupa aset yaitu uang dan aset-aset lainnya. Klaim tersebut terjadi pada tanggal transaksi atau saat pembelian saham dan penandatanganan obligasi yang kemudian dapat dieksekusi saat jatuh tempo.
Setelah mengetahui apa saja persamaan antara saham dan obligasi, berikut ini penjelasan mengenai apa saja perbedaan antara saham dan obligasi.
Perbedaan Saham dan Obligasi
Berikut ini beberapa perbedaan antara saham dan obligasi yang harus Anda ketahui sebelum memulai berinvestasi:
1. Tingkat Keuntungan
Perbedaan antara saham dan obligasi yang pertama yaitu tingkat keuntungan yang didapat. Keuntungan dari investasi saham itu bersifat fluktuatif, artinya tidak dapat diperkirakan dan bisa berubah sewaktu-waktu tergantung keuntungan perusahaan.
Sedangkan keuntungan obligasi, biasanya bisa didapat setiap bulan dengan jumlah yang tetap stabil sampai masa berlaku surat perjanjian berakhir. Jika Anda merupakan tipe investor yang suka dan berani dalam mengambil risiko, saham bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun jika Anda menginginkan hasil yang stabil, obligasi menjadi pilihan yang aman.
2. Batas Masa Berlaku
Perbedaan antara saham dan obligasi selanjutnya yaitu masa berlakunya. Pemilik saham masih tetap memiliki hak atas keuntungan dan suara selama perusahaan itu berdiri dan pemilik saham masih memiliki surat bukti kepemilikan sahamnya.
Sedangkan obligasi memiliki masa berlaku yang jelas di dalam surat. Obligasi juga memiliki keuntungannya sendiri karena jangka waktu yang sudah ditentukan tersebut. Hal ini dikarenakan Anda dapat berpindah ke investasi lainnya jika jangka waktu perjanjian telah habis.
3. Pajak yang Dikenakan
Perbedaan saham dan obligasi selanjutnya yaitu pajak yang dikenakan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa hasil yang diterima dari saham merupakan dividen atau keuntungan dari saham yang Anda miliki merupakan jumlah total setelah dipotong pajak.
Sebaliknya, pembayaran obligasi termasuk dalam biaya perusahaan, sehingga dapat dianggap tidak kena pajak.
4. Fungsi
Perbedaan antara saham dan obligasi selanjutnya yaitu terletak pada fungsinya. Jika Anda membeli saham sebuah perusahaan, artinya Anda memiliki sebagian porsi perusahaan.
Sementara itu, obligasi merupakan tanda bukti pengakuan utang antara penerbit surat dan pemegang surat. Penerbit surat sebagai pemilik utang dan pemegang surat sebagai investor.
Jadi, bagi pemegang saham, surat saham berfungsi sebagai bukti yang sah atas kepemilikan perusahaan. Sedangkan bagi pemegang obligasi, surat obligasi bukan berfungsi sebagai kepemilikan sah porsi perusahaan, melainkan bukti piutang saja.
5. Harga Jual-Beli Surat Berharga
Jika terjadi adanya inflasi, perubahan kondisi politik, atau gejolak kondisi ekonomi dalam suatu negara, harga jual-beli saham juga akan mengalami perubahan yang signifikan. Harga saham sangat rentan terhadap perubahan kondisi, sehingga risiko yang dihadapi biasanya lebih besar.
Sedangkan obligasi menawarkan harga yang lebih stabil, meskipun menghadapi berbagai kondisi keuangan. Sehingga, tingkat risiko kerugiannya pun juga tergolong kecil.
6. Hak Campur Tangan Perusahaan
Perbedaan antara obligasi dan saham selanjutnya yaitu hak Anda terhadap perusahaan. Pemilik saham mempunyai hak suara untuk menentukan kebijakan perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) karena ia memiliki sebagian porsinya.
Sementara itu, obligasi merupakan surat utang dan Anda tidak memiliki hak apapun atas perusahaan penerbit surat tersebut. Sehingga Anda tidak bisa ikut campur dalam urusan kebijakan perusahaan.
7. Kebijakan Saat Likuidasi
Perbedaan antara saham dan obligasi yang terakhir yaitu adanya kebijakan perusahaan saat likuidasi. Likuidasi sendiri merupakan proses pembubaran perusahaan serta penyelesaian urusan perusahaan seperti menjual harta perusahaan, menagih piutang ke rekan bisnis, melunasi utang, dan juga pembagian sisa harta kepada pemilik perusahaan.
Saat perusahaan dalam keadaan pailit, pemilik utang dan obligasi akan diprioritaskan. Hal ini dikarenakan Anda akan mendapatkan modal serta bunga sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan bagi pemilik saham akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan porsi kepemilikan setelah kewajiban utang perusahaan saat likuidasi telah dilunasi.
Resiko Saham dan Obligasi
Setelah Anda mengetahui apa saja persamaan dan perbedaan antara saham dan obligasi, Anda juga perlu mengetahui kedua instrumen investasi tersebut dari segi resikonya.
Resiko Investasi Saham
Beberapa resiko dari investasi saham yaitu berikut ini:
- Tidak Menerima Dividen
Bila perusahaan mengalami kerugian, maka investor juga tidak akan menerima dividen. Dividen merupakan bagi hasil perusahaan kepada investor.
- Suspend
Perusahaan diberhentikan baik untuk sementara maupun permanen oleh BEI dan OJK karena bermain curang seperti menaikkan harga saham dengan cara fiktif merupakan cara yang tidak sportif dan menyalahi peraturan dalam pasar modal
- Delisting
Mirip seperti suspend, tetapi risiko perusahaan yang delisting yaitu tidak lagi diperbolehkan bermain dalam pasar modal. Dalam arti lain, BEI tidak mau menjual saham perusahaan tersebut karena selalu merugi dan memiliki banyak skandal negatif seputar perusahaan.
- Perusahaan Pailit
Jika perusahaan tempat Anda berinvestasi mendadak bangkrut, maka akan berimbas pada gagal bayar. Jika terjadi gagal bayar, maka bisa dipastikan dana investasi Anda juga akan hilang.
- Fluktuasi Pasar
Harga saham sangat bergantung pada sentimen pasar. Sehingga, harga saham akan terus berubah mengikuti situasi yang tengah terjadi. Hal ini bisa menjadi resiko, namun juga bisa menjadi peluang.
Resiko Obligasi
Beberapa resiko dari obligasi yaitu sebagai berikut:
- Risiko Gagal Bayar
Perputaran uang yang tidak bagus bisa mengakibatkan sebuah perusahaan gagal bayar surat obligasi yang sudah jatuh tempo. Resiko ini sangat besar terjadi pada perusahaan swasta. Hal ini dikarenakan jika membeli surat obligasi negara, maka akan dijamin oleh negara bahwa akan selalu dikembalikan menggunakan dana APBN.
- Risiko Capital Loss
Capital loss merupakan momen dimana investor merugi dikarenakan harga obligasi dibanderol lebih rendah dari harga saat membeli. Capital loss bisa disebabkan karena perubahan suku bunga, persoalan politik ekonomi, permasalahan global maupun kerusuhan.
- Risiko Likuiditas
Surat obligasi akan cukup sulit dijual dalam waktu yang singkat. Investasi obligasi dinilai tidak cukup likuid. Jika terpaksa menjual kembali surat obligasi sebelum jatuh tempo, maka investor akan mengalami kerugian.
No comments:
Post a Comment